AS Aktivasi Kembali Armada Angkatan Laut Era Perang Dingin, Unjuk Gigi ke Rusia?
Pemerintah Amerika Serikat secara resmi telah mengaktivasi kembali Armada Kedua Angkatan Laut AS (US Navy Second Fleet) warisan era Perang Dingin, pada Jumat 24 Agustus 2018 --sebuah langkah yang dilakukan oleh Negeri Paman Sam di tengah kekhawatiran baru atas ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia di Samudera Atlantik.
"Armada Kedua AS memiliki banyak sejarah, dan kami akan menghormati warisan itu," kata Komandan Armada Kedua, Laksamana Madya (Vice Admiral) AL AS Andrew "Woody" Lewis, pada Jumat 24 Agustus dalam sebuah upacara pengaktivasian kembali armada itu di Norfolk.
Lewis mengatakan, tujuan eksistensi armada itu adalah untuk "membangun armada yang siap untuk bertarung, siap untuk bertempur, sehingga kami tidak perlu melakukannya."
Mengomentari berdirinya kembali armada tersebut, Kepala Staf AL Amerika Serikat Laksamana John Richardson mengatakan, "Armada Kedua akan meningkatkan kapasitas kami untuk melakukan manuver dan bertempur di Atlantik, dan sebagai hasilnya, membantu mempertahankan keunggulan maritim Amerika yang akan mengarah pada keamanan, pengaruh, dan kemakmuran bagi bangsa kita."
US Navy Second Fleet, yang berbasis di Norfolk, Virginia, dibentuk usai Perang Dunia II dan berperan dalam operasi pertempuran maritim AS semasa Perang Dingin.
Armada Kedua juga terlibat dalam Krisis Misil Kuba 1962, di mana Amerika Serikat - Uni Soviet sempat di ambang perang nuklir pada masa itu.
Pada tahun 2011, Armada Kedua dibubarkan untuk menghemat anggaran pertahanan dan demi memulihkan hubungan antara AS-Rusia. Tugas dan tanggung jawab Armada Kedua kemudian dilebur dalam US Navy Fleet Forces Command, sementara dana operasional mereka dialokasikan ke operasi militer War on Terror Amerika Serikat di Irak, Afghanistan, dan berbagai penjuru dunia.
Pada saat dibubarkan, Armada Kedua memiliki sumber daya operasional berupa 126 kapal, 4.500 pesawat, dan 90.000 personel AL dan Korps Marinir (USMC) Amerika Serikat.
Kekhawatiran AS terhadap Rusia
Kembali dikatifkannya Armada Kedua dilakukan ketika AS telah menjadi semakin khawatir dengan kegiatan militer Rusia termasuk kehadiran angkatan lautnya di Samudra Atlantik.
Para pejabat NATO dan AS mengatakan bahwa kegiatan angkatan laut Rusia, termasuk penggunaan kapal selam, berada pada tingkat tertinggi sejak akhir Perang Dingin.
Para pejabat khawatir kapal selam Rusia dapat menjadi ancaman bagi upaya AS untuk memperkuat Eropa melalui laut jika terjadi konflik antara NATO dan Rusia.
Rusia juga baru-baru ini mengirim kapal mata-mata ke pantai timur AS, dan Presiden Rusia Vladimir Vladimir Putin telah mengumumkan bahwa Rusia sedang berusaha mengembangkan kapal selam drone bertenaga nuklir yang memiliki senjata nuklir.
"Kami tidak mencari perkelahian, tetapi cara terbaik untuk menghindari perkelahian adalah memiliki Angkatan Laut yang paling kuat dan mematikan serta kompetitif sambil memperkuat kekuatan gabungan angkatan laut kami dalam aliansi kami dan memperluas kemitraan maritim kami," tambah Richardson.
Para pejabat mengatakan armada akan bekerja dengan unit angkatan laut yang sudah ada sebelumnya seperti Komponen Angkatan Laut untuk Komando Militer AS di Eropa, Armada Keempat (US Navy Fourth Fleet) dan Armada Keenam (US Navy Fifth Fleet), sementara berfokus pada pelatihan dan operasi gabungan dalam "perang laut tingkat tinggi".
Armada Kedua juga akan sekali lagi membantu mendukung NATO dan NATO Joint Force Command yang baru saja didirikan di Atlantik yang akan berlokasi di Norfolk, Virginia. Komando itu akan bertugas untuk menjamin keamanan rute maritim dan fasilitas kabel komunikasi bawah laut yang menghubungkan Eropa dan Amerika Utara.
"Kembalinya persaingan kekuatan besar dan kebangkitan Rusia menuntut NATO berfokus kembali pada Atlantik dan memastikan penguatan khusus di kawasan itu, serta menunjukkan kekuatan penjeraan yang kapabel dan kredibel," kata Johnny Michael, Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS (Pentagon).




